KulitInto.com – Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Nugraha Gumilar mengumumkan bahwa server BAIS TNI saat ini dalam kondisi dinonaktifkan untuk dilakukan penyelidikan terkait dugaan peretasan data oleh kelompok peretas yang dikenal dengan nama MoonzHaxor.
Menurut Nugraha, data yang disusupi adalah informasi lama yang sebelumnya telah diungkap pada tahun ini. “Data yang telah diretas adalah informasi yang sebelumnya sudah dipublikasikan pada tahun 2024. Saat ini, server telah dinonaktifkan untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut,” ungkap Nugraha seperti yang dilansir dari Antara pada hari Kamis.
Kabar mengenai dugaan peretasan data milik Badan Intelijen Strategis atau BAIS TNI ini awalnya muncul melalui media sosial, di mana akun @FalconFeeds.io mengunggah informasi bahwa kelompok MoonzHaxor dari BreachForum telah berhasil mengakses sejumlah data penting dari sistem BAIS TNI.
MoonzHaxor, yang aktif dalam komunitas peretas sejak September 2023, juga diketahui telah meretas sistem Indonesia Automatic Finger Identification System (INAFIS) Polri pada bulan Juni lalu. Mereka menawarkan data yang mereka klaim diperoleh dari sistem INAFIS dengan harga yang cukup tinggi di pasar gelap, termasuk gambar sidik jari, alamat email, dan konfigurasi aplikasi SpringBoot.
Letjen TNI Hinsa Siburian dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menanggapi klaim ini dengan mengonfirmasi bahwa data yang diperjualbelikan oleh MoonzHaxor adalah data lama. “Ini sudah kami verifikasi bersama kepolisian, bahwa data yang mereka jual adalah data lama yang telah bocor di dark web,” ujar Hinsa dalam konferensi pers di Jakarta.
Hinsa juga menegaskan bahwa sistem keamanan Polri tidak terpengaruh oleh insiden ini dan tetap beroperasi dengan baik. “Kami memastikan bahwa sistem kami berjalan normal,” tambahnya.
Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi juga mengungkapkan adanya serangan ransomware terhadap Pusat Data Nasional (PDN). Pelaku serangan, yang menggunakan virus Lockbit 3.0.2, meminta tebusan senilai 8 juta Dolar AS untuk memulihkan akses ke server PDN yang lumpuh akibat serangan tersebut.
Budi Arie belum memberikan detail lebih lanjut mengenai asal usul dan motif dari serangan tersebut, namun dia memastikan bahwa pemerintah sedang bekerja untuk mengatasi dampak dari serangan tersebut.
Dalam rangka mengamankan data sensitif dan memulihkan sistem yang terpengaruh, pihak terkait terus melakukan investigasi mendalam terhadap serangkaian serangan siber yang baru-baru ini terjadi. Meskipun demikian, pihak berwenang menegaskan bahwa situasi keamanan saat ini berada dalam kendali, dengan upaya terus dilakukan untuk mencegah akses yang tidak sah ke sistem yang krusial bagi keamanan nasional.
Baca juga: Menko PMK Ancam Tindak Pidana Bagi Peminjam Rekening Judi Online
Sumber: Liputan6.