Pemerintah tengah berusaha untuk memperkuat tracing kontak erat pasien COVID-19 dengan menggunakan aplikasi “Silacak”. Meski begitu tracing di lapangan akan tetap dilakukan.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan Babinsa dan Bhabinkamtibmas tetap dikerahkan ke lapangan untuk melakukan tracing. Terutama saat tracing menggunakan aplikasi mengalami kendala.
“Hari ini kita laksanakan pelatihan bagi anggota TNI-Polri untuk mengetahui cara kerja dari aplikasi ‘Silacak’ yang terus diperdalam oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas dan akan kita implementasikan ada masalah apa, ini menjadi titik untuk memperbaiki masalah,” ujar Hadi dalam diskusi yang disiarkan secara virtual di kanal YouTube BNPB, Senin (26/7).
Hadi menambahkan pelacakan melalui aplikasi digital dimaksudkan untuk mencapai jumlah standar tracing yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia atau WHO. Tracer dari TNI, Polri, hingga BNPB akan dimaksimalkan untuk memenuhi target pengetesan tersebut.
“Kita ketahui bersama bahwa sesuai standar WHO dalam pelaksanaan tracing kontak erat itu adalah rasionya 1:30 namun di Indonesia baru 1:1. Satu terkonfirmasi dan satu yang kita laksanakan tracing kontak erat. TNI, Polri, BNPB, dan Kemenkes berusaha memenuhi standar WHO tersebut dengan memperbanyak tracer dari TNI, Polri, dan Dinkes termasuk BNPB,” ucap Hadi.
Lantas bagaimana tracer yang ada bekerja? Hadi sendiri mengkonfirmasi bahwa hingga kini tercatat ada sekitar 63 ribu tenaga tracer dari pihak TNI yang sudah tersebar di wilayah posko PPKM Mikro. Penyebaran tracer TNI, kata Hadi, dilakukan pihaknya untuk membantu kepala puskesmas melakukan tracing erat kepada masyarakat.
Babinsa dan Bhabinkamtibmas, menurut Hadi juga akan diturunkan bila nantinya ditemukan kendala pada aplikasi sehingga mengharuskan tracer turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan langsung.
“Dari kemenkes memberikan pelatihan bagi tracer digital untuk mempermudah pelaksanaan tracing kontak erat setelah mendapatkan notifikasi dari Kadinkes. Tracer mewawancarai masyarakat dengan melakukan WA atau HP. Bila menemui kendala maka tracer lapangan Babinsa dan Bhabinkamtibmas akan secara manual mendatangi masyarakat yang disinyalir terpapar COVID-19,” ungkap Hadi.
“Dari BNPB juga memberi bantuan 7 ribu tracer digital yang akan disebar di seluruh Jawa-Bali. 7 ribu tracer ini adalah bentuk upaya untuk melipatgandakan kemampuan tracer digital yang saat ini sedang melakukan pelatihan,” lanjut dia.
Hadi berharap konsep digital ini dapat menutupi lemahnya sistem tracing yang ada dan dapat membantu pemerintah memetakan langkah strategis apa yang akan diambil terkait penanganan pandemi di tiap daerah.
“Saya yakin dengan konsep semesta ini maka keinginan kita semua bahwa menekan kasus aktif di Indonesia akan bisa terealisasi sehingga sampai angka paling rendah dan saya yakin dengan kerja keras seluruh elemen, kerja keras seluruh komponen maka permasalahan terkait dengan masalah COVID akan bisa kita tekan,” kata Hadi.
“Seluruh individu, seluruh kelompok, seluruh komponen memiliki tugas yang penting dan berat untuk mengatasi COVID-19 ini,” tutupnya.