Teheran – Pemerintah Iran hari Minggu, 13 Desember 2020, memanggil Duta Besar Jerman -yang saat ini memegang kursi kepresidenan (ketua) Uni Eropa- dan Duta Besar Prancis, karena kecaman keduanya terhadap eksekusi wartawan Iran.
Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan protes kepada kedua duta besar itu karena kecaman Uni Eropa dan Prancis terhadap eksekusi seorang wartawan pembangkang Ruhollah Zam, Sabtu, 12 Desember 2020. Ruhollah Zam berkantor di Paris, Prancis, sebelum ia ditangkap di Irak dan dibawa ke Iran.
Ruhollah Zam dinyatakan bersalah karena mengobarkan kekerasan dalam demonstrasi anti-pemerintah tahun 2017 lalu. Portal berita Amadnews miliknya memiliki lebih dari satu juta pengikut.
Setelah eksekusi wartawan itu, Uni Eropa dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Uni Eropa mengutuk penggunaan hukuman mati atas alasan apapun.”
Kementerian Luar Negeri Prancis menyebut eksekusi itu sebagai “tindakan barbar dan tidak dapat diterima,” dalam sebuah pernyataan menyatakan “Prancis mengutuk dengan bahasa yang paling keras terhadap pelanggaran serius kebebasan berekspresi den kebebasan pers di Iran.”
Amnesty International dan kelompok pendukung hak-hak pers “Reporters Without Borders” juga mengecam eksekusi itu.
Pejabat-pejabat Iran telah menuding Amerika, Arab Saudi dan para penentang pemerintah Iran yang hidup di pengasingan; sebagai pihak-pihak yang memanas-manasi kerusuhan yang terjadi pada akhir tahun 2017 ketika demonstrasi memprotes kesulitan ekonomi meluas.
Pejabat-pejabat Iran mengatakan 21 orang tewas dalam kerusuhan itu dan ribuan lainnya ditahan. Kerusuhan itu merupakan yang terburuk dalam puluhan tahun di Iran, dan diikuti dengan demonstrasi menentang kenaikan harga BBM yang juga menelan korban jiwa (em/lt)/voaindonesia.com. []