Kulitinto.com – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengakui moral aparat sempat menurun ketika kerusuhan meluas pada demonstrasi besar Agustus 2025 lalu. Saat itu, aksi protes berubah menjadi penjarahan dan pembakaran sejumlah fasilitas publik, termasuk gedung DPRD di beberapa daerah. Kondisi tersebut menimbulkan kesan bahwa aparat tidak mampu mengambil tindakan cepat.
Dalam sebuah program televisi, Listyo Sigit menuturkan bahwa kejadian itu menjadi ujian berat bagi institusi kepolisian. Ia menyebut ada anggapan di masyarakat bahwa polisi hanya bertahan tanpa bisa mencegah tindakan anarkis. Menurutnya, persepsi itu secara langsung memengaruhi psikologis para personel di lapangan.
“Peristiwa yang terjadi memang sempat menjatuhkan moril anggota saya,” ucapnya. Ia menekankan bahwa tanggung jawab terbesarnya saat itu bukan hanya mengendalikan situasi di lapangan, melainkan juga membangkitkan kembali semangat anggotanya agar mampu menjalankan tugas dengan maksimal.
Kapolri menambahkan, ketika moral aparat sudah kembali pulih, barulah mereka bisa bergerak lebih efektif dalam menjaga stabilitas. “Tugas saya saat itu adalah bagaimana mengembalikan moril anggota supaya bangkit kembali, dan segera bisa melaksanakan tugasnya,” tegasnya.
Setelah proses pemulihan itu berjalan, kepolisian perlahan berhasil mengembalikan ketertiban di tengah masyarakat. Situasi yang semula kacau dapat kembali normal, meskipun prosesnya tidak berlangsung singkat. Sigit menilai hal tersebut menjadi bukti bahwa semangat dan mental aparat sangat berpengaruh terhadap kemampuan menjaga keamanan publik.
Meski kondisi saat ini telah kembali stabil, Kapolri mengingatkan seluruh jajarannya untuk tetap waspada. Ia menegaskan bahwa potensi kerusuhan serupa selalu ada, sehingga antisipasi dini harus dilakukan agar peristiwa serupa tidak terulang. “Kita bisa segera pulihkan, dan mungkin sekarang kondisi sudah normal. Namun kita tetap waspada, jangan sampai hal ini berulang kembali,” jelasnya.
Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya ketahanan mental dalam institusi kepolisian. Menurut Sigit, kerusuhan Agustus 2025 menjadi pelajaran berharga bahwa aparat tidak hanya dituntut sigap secara teknis, tetapi juga harus memiliki daya tahan psikologis menghadapi tekanan massa.
Selain itu, pengalaman tersebut juga mendorong evaluasi internal mengenai pola penanganan unjuk rasa besar. Kepolisian diharapkan mampu menyeimbangkan pendekatan persuasif dengan langkah tegas agar tidak menimbulkan kesan pasif. Upaya menjaga citra dan kepercayaan publik pun dinilai menjadi bagian penting yang harus terus diperhatikan.
Kejadian itu meninggalkan catatan bahwa krisis tidak hanya berhubungan dengan aspek keamanan, melainkan juga menyangkut moralitas personel. Dengan dorongan dari pimpinan, aparat yang sempat goyah akhirnya mampu bangkit kembali. Kepolisian pun berkomitmen menjaga agar pengalaman pahit tersebut tidak terulang pada masa mendatang.
Kapolri menutup pernyataannya dengan keyakinan bahwa kepolisian saat ini sudah berada pada jalur yang lebih solid. Kendati begitu, ia tetap mengingatkan bahwa kewaspadaan harus dijaga sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keamanan negara dan masyarakat.