Media pemerintahan tidak hanya diisi pemberitaan seremonial. Lebih dari itu, media tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengangkat potensi di wilayahnya. Tentu, dengan bahasa yang tak lagi kaku, agar masyarakat tertarik untuk membaca.
Hal itu ditekankan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Riena Retnaningrum, saat membuka secara daring Monitoring dan Evaluasi Kontributor Berita Daerah, Selasa (28/9/2021). Peserta kegiatan yang merupakan kontributor berita daerah mengikuti kegiatan di Hotel Santika Pekalongan, dengan protokol kesehatan ketat.
Riena meminta para kontributor daerah untuk menyampaikan berita tentang Jawa Tengah secara lebih kasual.
“Pemberitaan dibuat lebih kasual supaya masyarakat lebih tertarik untuk membacanya. Jadi jatengprov.go.id bisa jadi wacana yang dicari orang,” ujarnya.
Riena menambahkan, informasi tentang kinerja pemerintah perlu diberitakan tanpa bahasa yang kaku, agar masyarakat mudah memahami isinya dan mau memberikan respon langsung, lewat saluran media sosial.
Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah, Setiawan Hendra Kelana, mendorong para kontributor berita untuk menyajikan kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam bentuk feature, agar lebih menarik bagi pembaca. Berita dalam bentuk feature juga lebih detil dengan penyajian sisi lain sebuah peristiwa.
Iwan, sapaan akrabnya, meminta para kontributor daerah untuk menulis judul berita dengan lengkap.
“Jangan membuat judul yang menimbulkan pertanyaan, memancing orang untuk membaca lalu ternyata kecele. Buatlah judul berita yang lengkap, menggambarkan isi,” katanya.
Iwan menekankan, pers adalah pilar keempat demokrasi. Status tersebut merupakan bentuk penghargaan tertinggi sekaligus tanggung jawab terhadap insan pers Indonesia.
“Pers mestinya menjadi contoh. Aja mung mengkritisi sesuatu, tetapi mendorong partisipasi masyarakat dan menjaga kondusivitas bangsa,” beber Iwan.
Ia meminta para pewarta untuk menjadi penyebar luas informasi tak terbatas, hadir sebagai penyaji informasi yang jernih, dan melawan hoaks yang beredar. Dengan begitu, pers dapat menciptakan masyarakat yang sehat berliterasi sekaligus mengontrol arah peradaban.
Semantara itu, wartawan Kedaulatan Rakyat, Candhra Adhie Nugroho menambahkan, para pewarta pemerintahan tidak hanya dituntut untuk menyajikan informasi terkini dan valid tentang pemerintahan, tetapi juga bersingungan dengan kehidupan masyarakat atau menonjolkan sisi humanisme. Sebab, itu menjadi aspek yang dapat menarik orang untuk membaca berita ataupun foto jurnalistik yang disajikan.
“Foto yang memuat dramatisasi dan relevan dengan kehidupan masyarakat akan menarik pembaca,” ujarnya.
Chandra memberikan beberapa tips pengambilan dan penyajian foto jurnalistik, yakni pemilihan tempat, waktu alias timing perekaman foto, dan pemilihan bidang batas (frame) pemotretan.
“Lalu, editing. Editing foto itu terbatas pada beberapa hal, yakni brightness (kecerahan warna gambar), cropping (pemotongan gambar), dan contrast (kontras warna),” bebernya.