KulitInto.com – Pasangan calon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendominasi hasil hitung cepat Pilpres 2024, dengan narasi keberlanjutan yang ambisius mengikuti jejak pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Namun, terobosan kebijakan ekonomi menjadi krusial, karena menggunakan resep lama terbukti tidak mampu memenuhi persyaratan untuk maju ke tingkat negara maju.
Pertumbuhan Ekonomi dan Program Populis
Pasangan calon Prabowo-Gibran mengusung ambisi besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mewujudkan program-program populis. Target-target seperti pertumbuhan ekonomi 6%-7% per tahun, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), serta program makan siang gratis untuk 80 juta anak sekolah menjadi fokus utama. Namun, implementasi ambisi ini menghadapi kompleksitas tersendiri. Pertumbuhan yang tinggi memerlukan investasi besar dan reformasi struktural yang substansial. Sementara program-program populis haruslah diimbangi dengan keberlanjutan keuangan dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembangunan jangka panjang.
Ambisi Prabowo-Gibran untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi pertanyaan besar mengingat tantangan struktural yang dihadapi oleh Indonesia. Sejak era Presiden Jokowi, target pertumbuhan ekonomi telah digaungkan, namun realisasinya masih belum memenuhi harapan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang efektif dan solusi inovatif menjadi kunci untuk meraih pertumbuhan yang berkelanjutan.
Baca juga: Pembangunan Rusun ASN di IKN, Siap Ditempati Mulai Juli 2024!
Kendala Struktural
Meskipun upaya hilirisasi dan peningkatan investasi telah dilakukan, pertumbuhan ekonomi yang masih terbatas dan tingginya angka pengangguran menjadi tantangan nyata. Rasio investasi terhadap PDB yang belum mencapai target menunjukkan kekurangan dana untuk membiayai investasi yang diperlukan. Selain itu, dominasi lapangan kerja oleh sektor informal dan kurangnya lapangan kerja yang berkualitas menambah kompleksitas dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Reformasi struktural dalam kebijakan ketenagakerjaan dan peningkatan investasi dalam sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja berkualitas menjadi kunci untuk mengatasi kendala ini.
Kendala struktural seperti ketimpangan antara pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja berkualitas menuntut langkah-langkah yang terarah dan berkesinambungan. Diperlukan kebijakan yang mendukung pelatihan tenaga kerja, pengembangan sektor-sektor yang berpotensi menciptakan lapangan kerja, serta peningkatan akses modal bagi UMKM. Selain itu, investasi dalam pendidikan dan kesehatan juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Kebijakan dan Kestabilan Makro
Upaya untuk mewujudkan program-program populis seperti makan siang gratis memerlukan langkah-langkah kebijakan yang cermat. Efisiensi dalam subsidi energi dan perubahan regulasi, termasuk revisi Undang-Undang Keuangan Negara, menjadi langkah krusial namun berpotensi menghadapi hambatan politis. Selain itu, perlu diperhatikan keseimbangan antara stimulus dan stabilitas makro ekonomi dalam menghadapi tantangan ini. Kebijakan yang kurang tepat dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi dan kerentanan terhadap gejolak pasar global, sehingga membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan terukur.
Kestabilan makro merupakan fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kebijakan fiskal dan moneter haruslah dijalankan dengan hati-hati, dengan memperhatikan risiko-risiko yang mungkin timbul. Efisiensi dalam pengelolaan subsidi dan peningkatan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara juga menjadi langkah penting untuk memastikan keberlanjutan keuangan negara dalam jangka panjang.
Baca juga: Pemilu 2024 Terancam Menjadi yang Terakhir dengan Sistem Langsung
Sumber: Bloomberg Technoz.