Jumat, Juli 11, 2025
  • Login
No Result
View All Result
www.kulitinto.com
  • Pers Release
  • Info Wartawan
  • Pandangan Wartawan
  • Jaga Negeri
  • Pers Release
  • Info Wartawan
  • Pandangan Wartawan
  • Jaga Negeri
No Result
View All Result
www.kulitinto.com
No Result
View All Result
Home Pandangan Wartawan

Wartawan Myanmar ditangkap media independen dilarang terbit

by Admin Kulitinto
4 Mei 2021
in Pandangan Wartawan
0
Wartawan Myanmar ditangkap media independen dilarang terbit
0
SHARES
7
VIEWS

Jakarta – Kerja para wartawan (jurnalis) dan media independen semakin mendapat tekanan oleh junta militer Myanmar yang berkuasa, tetapi wartawan terus bekerja sembunyi-sembunyi. Tak hanya dari militer, laporan media juga dipengaruhi gerakan oposisi. Rodion Ebbighausen melaporkannya untuk dw.com/id.

Junta militer Myanmar yang menggulingkan pemerintah sipil terpilih pimpinan Aung San Suu Kyi sejak 1 Februari 2021, terus menindak keras para pengunjuk rasa dan gerakan oposisi. Pada saat yang sama, junta juga mencoba menguasai media.

Selangkah demi selangkah, junta telah membatasi akses ke media sosial dan internet. Pada 4 Februari 2021, Facebook, Facebook Messenger dan WhatsApp diblokir. Satu hari setelahnya, Twitter dan Instagram juga mengalami hal serupa. Pemblokiran Facebook menjadi tindakan yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran informasi di Myanmar karena sekitar setengah dari penduduk negara itu menggunakan Facebook sebagai sumber berita utama mereka.

Militer juga telah memberlakukan blokade internet nasional sejak 15 Februari 2021, yang berlangsung dari jam 1 dini hari hingga 9 pagi. Jaringan internet seluler juga telah diputus sejak 15 Maret 2021, dengan hanya koneksi broadband yang menyediakan akses ke internet.

aktivis myanmar protes pembatasan informasiAktivis Myanmar memprotes pemutusan akses internet dan informasi kepada masyarakat (Foto: dw.com/id)

Selama beberapa hari belakangan, pemutusan internet setiap malam tidak lagi diterapkan. Tetapi langkah sebelumnya berhasil membuat sebagian besar penduduk sekarang menerima berita hampir secara eksklusif dari sumber-sumber yang diizinkan oleh militer.

1. Media Pemerintah Memegang Monopoli

Stasiun televisi negara MRTV juga turut terkena imbas langkah junta militer. MRTV sekarang secara teratur menampilkan foto-foto aktivis dan demonstran, dan menyebut mereka sebagai musuh negara.

Media militer Myawaddy TV baru-baru ini mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya dalam 30 tahun, 19 orang telah dijatuhi hukuman mati karena membunuh seorang tentara. Dan surat kabar milik negara The Global New Light of Myanmar memberitakan secara rinci tentang kewajiban hukum dan moral militer untuk menggulingkan pemerintah terpilih.

Sementara itu, media independen atau swasta seperti Mizzima, Democratic Voice of Burma, Khit Thit Media, Myanmar Now, 7Day News dan lainnya telah dilarang beroperasi. Sebagian besar telah mengalihkan area operasinya ke bagian negara yang dikuasai oleh etnis minoritas dan pasukan mereka, seperti negara bagian Karen di perbatasan dengan Thailand. Dari situ, mereka terus mempublikasikan pandangannya terhadap pemerintahan militer.

2. Jurnalis Bersembunyi

Menurut Human Rights Watch, sekitar 48 jurnalis saat ini ditahan, sementara 23 orang lainnya sempat ditahan tetapi telah dibebaskan. Sebagian besar dituduh melanggar pasal baru KUHP yang mengkriminalisasi penyebaran “pernyataan, rumor atau laporan” yang dapat menimbulkan ketakutan di antara penduduk dan dapat menghasut orang untuk “menyerang negara dan ketertiban umum” atau mengarah pada “serangan antara kelas dan komunitas yang berbeda.

DW berbicara dengan beberapa jurnalis yang tidak dapat disebutkan namanya demi alasan keamanan. Mereka tidak tidur di rumah selama berminggu-minggu, dan takut ditangkap saat penggeledahan malam oleh militer, seperti yang terjadi pada Kaung Myat Hlaing, jurnalis Democratic Voice of Burma. Wartawan dari kota pesisir selatan Myeik ini ditahan pada 1 Maret karena menyiarkan langsung penembakan polisi di dekat apartemennya. Hinga kini, dia masih ditahan.

antikudetaPengunjuk rasa antikudeta unjuk rasa dengan membawa gambar pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi, melewati pasar Kotapraja Kamayut Yangon, Myanmar, 8 April 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

“Saya baik-baik saja sejauh ini,” kata seorang jurnalis kepada DW, yang pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tinggal bersama para wartawan lain. “Tetapi malam hari punya terornya sendiri.” Para wartawan akan segera mematikan laptop dan lampu mereka, segera setelah mendengar gonggongan anjing liar atau benturan pot oleh tetangga yang menandakan bahwa militer bergerak ke lingkungan tersebut.

“Kami berbicara banyak tentang pekerjaan. Lebih mudah menanggung situasi dalam kelompok,” kata salah satu dari mereka. “Tetapi banyak teman jurnalis telah meninggalkan daerah yang dikuasai militer dan pergi untuk mendukung media bawah tanah atau pengasingan.”

3. Media ”Bawah Tanah” Tak Netral?

Tapi bukan hanya militer yang menekan media. Sebagian besar media lokal yang memberitakan secara sembunyi-sembunyi tidak bisa mengambil posisi netral atas situasi tersebut, yang berujung menyulut kemarahan para pengunjuk rasa.

jurnalis jepang di myanmarJurnalis Jepang, Yuki Kitazumi, ditangkap oleh pasukan keamanan Myanmar (Foto: dw.com/id)

Misalnya, alih-alih menggunakan nama yang dibuat sendiri oleh pemerintah militer, “Dewan Administrasi Negara,” mereka menulis “Dewan Teroris Negara.” Orang tidak “ditangkap” oleh pasukan keamanan, tetapi “diculik”.

“Tidak mungkin lagi menulis laporan atau analisis tanpa membuat komitmen yang jelas terhadap revolusi atau militer,” kata seorang jurnalis kepada DW. Masalahnya, kata dia, kini banyak jurnalis tidak lagi menulis apa yang terjadi, tapi apa yang ingin didengar orang.

Pada dasarnya, kata dia, hampir semua media lokal punya agenda, yakni bukan jurnalisme, tapi tentang aktivisme. “Saya telah memutuskan untuk berhenti menulis apa pun untuk saat ini, karena setiap pernyataan disalahartikan,” katanya.

Akibat polarisasi ini, hanya para pendukung militer atau pendukung revolusi yang mendapat kesempatan untuk bersuara. Tetapi ada juga orang di Myanmar yang tidak menginginkan revolusi padahal mereka bukan pendukung militer. Mereka takut terjadi kehancuran total negara dan hidup dalam kekacauan bertahun-tahun.

Seorang pejabat universitas mengatakan kepada DW bahwa dia berharap situasinya akan segera stabil, dan agar bank dapat dibuka kembali untuk segera beroperasi. Bahkan jika stabilisasi itu berarti menghentikan protes terhadap militer [(Ed: pkp/rap)]/dw.com/id. []

Tags: Wartawan Myanmar
Admin Kulitinto

Admin Kulitinto

Next Post
Jadi prioritas vaksinasi Covid-19, Dewan Pers : Wartawan patut bersyukur

Jadi prioritas vaksinasi Covid-19, Dewan Pers : Wartawan patut bersyukur

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Login
Notify of
guest

guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Rekomendasi

  • DivHumas
Sejumlah Wartawan Jember Dirikan Perserikatan Wartawan, Tujuannya Ini

Sejumlah Wartawan Jember Dirikan Perserikatan Wartawan, Tujuannya Ini

4 tahun ago
50 Narapidana Kabur dari Lapas Kelas II B Kutacane, Cerminan Buruknya Pengelolaan Lembaga Pemasyarakatan

Lapas Kutacane Kecolongan! 50 Napi Kabur, 38 Masih Buron

4 bulan ago
Fakta Aturan PPKM Darurat Direvisi: Tempat Ibadah Tak Lagi Ditutup

Fakta Aturan PPKM Darurat Direvisi: Tempat Ibadah Tak Lagi Ditutup

4 tahun ago
Bareskrim Polri Sita Uang Rp1,7 M Terkait Kasus Korupsi Eks Dirut PT JIP

Bareskrim Polri Sita Uang Rp1,7 M Terkait Kasus Korupsi Eks Dirut PT JIP

4 tahun ago
Prev Next

Berita Terpopuler

  • Kapolri Cek Venue PON XX Papua : Pastikan Prokes Berjalan Ketat

    Kapolri Cek Venue PON XX Papua : Pastikan Prokes Berjalan Ketat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Strategis Insinyur dalam Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Instruksi Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk Seluruh Anggota Polri: Jangan Anti-kritik !

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

© 2021 Copyright Kulitinto Team All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Pers Release
  • Info Wartawan
  • Pandangan Wartawan
  • Jaga Negeri

© 2021 Copyright Kulitinto Team All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
wpDiscuz