Pengadilan Mesir akhirnya membebaskan jurnalis Al-Jazeera, Mahmoud Hussein setelah lebih dari empat tahun ditahan atas tuduhan menerbitkan berita palsu.
Dilansir dari AFP, Jumat (5/2/2021) Hussein yang ditahan sejak Desember 2016, dibebaskan dari penjara pada Kamis malam (4/2) waktu setempat. Sumber keamanan tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai pembebasannya.
Al-Jazeera – yang terus menjalankan kampanye untuk pembebasan Hussein – tidak segera mengkonfirmasi pembebasannya- berulang kali mengatakan bahwa dia ditahan tanpa dakwaan formal, baik dalam pemeriksaan pengadilan atau hukuman.
Gamal Eid, kepala Jaringan Arab untuk Informasi Hak Asasi Manusia, mengkonfirmasi kepada AFP bahwa pihak berwenang sudah memutuskan untuk membebaskan Hussein, namun ‘dia masih belum kembali ke rumah’.
Observatorium untuk Jurnalisme dan Media Mesir, sebuah organisasi non-pemerintah, mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa pengadilan pidana Kairo telah memutuskan pada hari Senin (1/2) untuk membebaskan Hussein.
Ada seruan berulang kali untuk pembebasannya, termasuk dari kelompok hak asasi manusia Amnesty International, setelah jaksa Kairo pada Mei 2019 memerintahkan dia dibebaskan dari penjara. Tapi seminggu kemudian, Penuntutan Keamanan Negara Tertinggi Mesir (SSSP) ‘menyerangnya’ dengan serangkaian tuduhan lain dan memerintahkan penahanannya kembali.
Pembebasan Hussein terjadi beberapa minggu setelah Mesir menyetujui pemulihan hubungan dengan Qatar, tak lama setelah berakhirnya pembekuan hubungan tiga tahun yang dipimpin Arab Saudi dengan Qatar.
Arab Saudi, bersama dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, memutuskan hubungan dan layanan transportasi dengan Qatar pada Juni 2017. Mereka menuduh Qatar mendukung kelompok-kelompok Islam radikal dan terlalu dekat dengan saingan Riyadh, Iran – meski dibantah oleh Doha.
Hubungan antar negara itu kembali pulih setelah KTT Regional Teluk pada awal Januari lalu.
Al-Jazeera terjebak dalam keretakan politik antara Kairo dan Doha setelah penggulingan militer atas presiden Mesir Mohamed Morsi, yang didukung oleh Qatar pada 2013.